Jumat, 23 Juli 2010

Akar Betawi-China di Teluk Naga

Menjelajah Teluk Naga makin terasa menyenangkan dan menggugah penasaran ketika menyelami kisah sejarah yang menyertainya.

Daerah itu dinamakan ”Teluk Naga” karena, menurut pakar sinologi, Eddie Prabowo Witanto, dan dari beberapa cerita tentang asal-usul Teluk Naga, pada tahun 1400 kawasan ini kedatangan perahu Tiongkok yang di bagian haluan memiliki ukiran naga. Segera terjadi perkawinan campur antara sembilan putri Tionghoa dan pepatih dari Kerajaan Sunda yang berkuasa kala itu.

Selanjutnya, pembangunan Masjid Kalipasir yang tertua di Tangerang pun melibatkan masyarakat Tionghoa. Menurut Eddie, menara Masjid Kalipasir berbentuk seperti pagoda dengan delapan sudut, kuburan dengan nisan bergaya Tionghoa, dan pelbagai pengaruh lain.

Semula masjid ini bertetangga dengan Klenteng Bun Tek Bio dan jemaah masjid kerap mengambil air wudu di sumur klenteng. Hal ini menggambarkan keakraban pergaulan di Teluk Naga ketika itu. Dari Teluk Naga, selain para nelayan, terciptalah masyarakat petani Tionghoa di Tangerang.

Membaurnya masyarakat pendatang dengan penduduk lokal, khususnya orang Betawi, memperkaya variasi perkembangan budaya Betawi itu sendiri. Orang Betawi, menurut beberapa kajian ilmiah tentang masyarakat asli Ibu Kota dan sekitarnya, disebut-sebut sebagai keturunan Kerajaan Tarumanegara.

Betawi sendiri muncul akibat pembauran penduduk asli di wilayah barat Pulau Jawa dengan berbagai suku bangsa pendatang, termasuk Arab. Betawi di Teluk Naga digolongkan sebagai Betawi Pesisir untuk menyebut masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, mereka juga disebut Betawi Udik karena dipengaruhi budaya China Benteng yang banyak menetap di Teluk Naga.

Saat berada di kawasan ini, keunikan khas Teluk Naga dengan percampuran masyarakat dan budayanya masih kental terasa. Pemerintah Kabupaten Tangerang menyadari kekayaan sejarah dan keragaman budaya menjadi modal bagi pengembangan Teluk Naga.

”Ini termasuk potensi fisik dan nonfisik. Tentu saja kami akan terus membangun dan menata,” kata Kepala Dinas Tata Ruang Kabupaten Tangerang Didin Samsudin sembari berjanji Teluk Naga di masa depan akan lebih menarik lagi.


Sumber :

http://cetak.kompas.com/read/2010/01/09/03245226/Akar.Betawi-China.di.Teluk.Naga

9 Januari 2010

1 komentar:

  1. Terima kasih Akang Banten,posting ini sangat menarik.Melihat kali Cisadane,kelenteng Boen Tek Bio dan mesjid Kali Pasir yang berada ditengah tengah kota pasar lama Tangerang dan rumah rumah yang identik dengan rumah dikota heritage Vietnam Hoi An, tapi belum banyak nketerangan mengenai pembauran budaya diTangerang ini yang sangat unik.

    BalasHapus